(Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮙᮍᮣᮚᮀ) adalah sebuah gunung berapi kerucut non-aktif yang terletak di antara Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia dan memiliki ketinggian sekitar 1818 mdpl. Pemandangannya cukup indah, tetapi gunung ini relatif tidak terlalu tinggi, sehingga kurang dikenal oleh pendaki-pendaki gunung pada umumnya.

Dalam rangkaian gunung-gunung peninggalan Gunung Sunda Purba yaitu Burangrang – Tangkuban Perahu – Bukit Tunggul – Manglayang, gunung ini merupakan gunung yang terletak paling timur. Dikarenakan hal itu mungkin di kalangan para penggiat alam bebas, gunung ini tidak terlalu menjadi perhatian, terkecuali untuk para penggiat alam bebas dari Bandung dan sekitarnya. Walaupun begitu, Gunung Manglayang tetap menawarkan pesona alamnya tersendiri.

1. Dilewati Sesar Lembang yang Mengancam Gempa Jawa Barat
Mengutip Kanal News Liputan6.com, secara morfologi, Sesar Lembang membentuk perbukitan memanjang dari timur sekitar bawah kaki Gunung Manglayang sampai ke barat hampir Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Sesar Lembang terbagi menjadi dua segmen, yaitu bagian barat dan timur. Hingga saat ini, Sesar Lembang masih terus bergerak dan gerakan tersebut berpotensi menghasilkan gempa bumi.
“Secara potensial dan sebenarnya juga terbukti dari penelitian geologi yang saya lakukan di tahun 2009-2010, itu bisa menghasilkan gempa hingga skala 7. Yang terekam di dalam sejarah geologi dalam paritan yang saya buat itu sampai 6,8 (meter),” papar seorang Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto.
2. Pernah Ada Pendaki yang Hilang dan Ditemukan di Curug

Namun di tengah perjalanan sekitar pukul 09.00 WIB, kata Deden, korban terpisah dengan rombongannya di sekitar Pos empat jalur pendakian, hingga menjelang malam korban tidak ada kabarnya. Deden menyampaikan tim gabungan lalu menyusuri jalur pendakian hingga akhirnya menemukan korban di sekitar Curug Ciantani atau sekitar 1,3 kilometer dari lokasi awal korban terpisah dalam keadaan sehat dan selamat.
Selanjutnya korban oleh petugas dievakuasi ke Pos Pendakian Baru Beureum untuk mendapatkan perawatan sebelum akhirnya diserahkan kepada keluarga korban.
3. Wisatawan Bisa Kemping

Saat matahari mulai terbenam, wisatawan akan memulai bakar-bakaran menikmati daging dan sayuran segar yang dipanggang di atas api unggun sambil menikmati pemandangan matahari terbenam yang memesona. Wisatawan juga bisa menikmati indahnya sunrise dari atas gunung dan sejuknya udara pagi.
Berdasarkan informasi dari akun Instagramnya @wisatabatukuda, harga tiket masuk Gunung Manglayang ini tidak begitu mahal, untuk per orangnya akan dikenakan biaya sebesar Rp10 ribu. Bagi kamu yang ingin bermalam atau berkemah di Gunung Manglayang kamu harus membayar biaya lebih yaitu Rp15 ribu per orang. Sedangkan untuk biaya parkir kendaraan yang dikenakan untuk motor adalah Rp5 ribu dan Rp10 ribu untuk roda empat. Sementara jam buka wisata Gunung Manglayang ini setiap hari buka 24 jam.
4. Wisatawan Berkesempatan Susur Leuweung (Menanam Pohon)
Program susur leuweung ini merupakan bagian dari atraksi wisata Desa Wisata Cibiru Wetan. Secara bahasa, susur leuweungberarti menyusuri hutan. Mengutip Kemenparekraf, dalam hal susur leuweung di Gunung Manglayang ini, wisatawan akan diajak untuk berkontribusi langsung dalam pelestarian Leuweung (Hutan) melalui kegiatan menanam pohon.
Ini adalah kesempatan untuk meninggalkan jejak positif dan berpartisipasi dalam upaya konservasi lingkungan. Kegiatan “Ngaleuweung” bukan hanya sekedar kegiatan rekreasi, tetapi juga sebuah pengalaman yang akan membekas di hati wisatawan.
5. Ada 3 Jalur Pendakian

Jalur pendakian melalui Curug Cilengkrang dan Batu Kuda dapat dicapai melalui daerah Kabupaten Bandung dan bisa dikatakan masih lebih mudah dibanding jalur pendakian melalui Barubereum. Terlebih rute Batu Kuda yang sudah lengkap dengan berbagai fasilitas penunjang seperti lahan perkemahan, pos penjagaan, aneka warung makanan dan minuman dan tentunya toilet umum.
Sedangkan untuk jalur Baru Beureum, dapat dicapai melalui daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Dari sana menuju ke arah Universitas Padjadjaran, Jatinangor, lalu mengambil arah ke Bumi Perkemahan Kiara Payung, hingga sampai di desa Barubereum. Dari awal pendakian sampai puncak, jalur ini terbilang terjal dan jarang menemui jalan datar.